tag:blogger.com,1999:blog-6838082873077820231.post1278189885717017350..comments2017-02-12T04:45:19.591-08:00Comments on I T S A R: Bukan Sembarang AyahFivyhttp://www.blogger.com/profile/04371572069202617384noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-6838082873077820231.post-61752440783471674572008-05-17T19:54:00.000-07:002008-05-17T19:54:00.000-07:00Wuih, blognya bagus banget yo mbak, q hrs banyak b...Wuih, blognya bagus banget yo mbak, q hrs banyak bljr nich. by the way q jg pengin posting tulisan tentang babe qt tp kagak berani. gimana menurut mbak phi?<BR/>ini lho tulisanku:<BR/><BR/>Salatiga 7 Februari 2008<BR/>Jam 23.02<BR/><BR/>Teruntuk anakku Afirda,<BR/>Jam menunjukkan pukul 10 malam lebih, Aku baru saja masuk ke rumah dari menghadiri pengajian Takmir di masjid. Terkejut aku melihatmu masih berdiri di depan pintu sambil memandang bapak….<BR/>Langsung ku gendong engkau seperti biasa sambil bertanya dalam hati,”kenapa kau belum tidur dhik?” Lebih terkejut lagi saat kau akan kubawa masuk kamar, Ibuk dan adikmu sudah tidur terlelap…Lalu? Kenapa engkau sendirian masih bangun selarut ini?<BR/>Bapak langsung teringat dengan kata-kata bapak sebelum berangkat ke pengajian….”Dik , bapak tindak pengajian sik ya, sekedhap thok”, trus adik menjawab, “nggih.” Tapi apa yang terjadi? Bapak ikut pengajian sampai selesai, bahkan selesai lebih lama dari biasanya, ternyata… engkau masih setia menunggu bapak. Bermain sendirian, nggak ada yang nemani, demi siapa? Ya.. tentu aja demi menunggu bapak pulang yang katanya Cuma “sekedhap.”<BR/>Maafkan bapak ya dhik…terimakasih engkau masih sayang sama bapak. Bapak menyesal nggak bisa memegang kata-kata bapak sendiri. Padahal dalam pengajian apa yang bapak dapat? Yah, selain bapak netepi kewajiban baca Qur’an bapak ternyata disuruh jadi notulen juga..tapi bukan itu yang jadi masalah. Yang menyakitkan bapak harus juga mendengarkan omongan orang yang sejak dulu kelihatan kalau dia benci sama mbah kakung, tentu saja dia pasti juga benci sama bapak. Yang menghawatirkan lagi, omongannya sudah bisa di tebak. Pasti menyangkut masalah keuangan pengurus lama, “Mbah Kakung” tentu saja yang jadi sasarannya. Herannya, orang-orang pada diam saja seolah mengamini. Trus… apakah mereka dulu juga bukan pengurus? Benci aku dengan kepengecutan macam itu. Bapak sebenarnya ada niat membela mbah kakung, tapi apa daya, kata mbah kakung dulu selalu bapak camkan, “daripada padu ra nggenah, luwih apik meneng.”<BR/>Kasihan mbah kakung, beliau sudah berjuang mendirikan masjid, membangun hingga merenovasi sampai bisa jadi seperti sekarang ini, megah dan indah. Tapi apa yang beliau dapat? Hinaan dan cacian dari orang yang andilnya sedikit, bahkan sedikit sekali, karena si penghina yang ternyata dalam catatan keuangan mbah kakung “yang selalu dipermasalahkan itu” belum pernah sama sekali jariyah atau infaq untuk masjid. So…? Apakah mbah kakung nggak berhak mendapatkan pembelaan dari orang-orang yang dulu juga pernah menjadi pengurus Takmir? Wallahu ‘alam. <BR/>Kadang mereka baik di depan mbah kakung, seolah-olah membela bahwa mbah kakung itu nggak salah, tapi apakah mereka juga sama di belakang?<BR/>Anakku, bapak cuman bisa ngasih tahu kamu, inilah dunia sebenarnya. Banyak orang yang baik dan sayang di depan kita tapi belum tentu jika kita lengah menoleh kebelakang, ternyata mereka menghina dan mencibir kita. Tetaplah kau dalam duniamu sayangku…dunia yang ceria dan penuh warna, dunia cinta dan kasih saying… “Kasih sayang sejati dan murni datang dari dalam hati.” Tanpa kemunafikan dan kepura-puraan.. kau telah buktikan itu dan bapak akan selalu mengenangnya. “Terima kasih anakku…, semoga cinta dan kasihmu menjadi semangat dalam kehidupan bapak”<BR/>Selamat Ulang Tahun anakku, “Afirda Zidna Sausan.” Kado terindah dalam ulang tahunmu, adalah datang dari dirimu sendiri.. Cinta dan sayangmu padaku.Alhikami Wastonhttps://www.blogger.com/profile/17120589997639698864noreply@blogger.com